Connect with us

Hukrim

Agung Prasetiyo Bantah Kalau Tak Bersalah Jaksa Ahmad Muzaky Yakini Dakwaannya Terpenuhi

Published

on

Basudewa – Surabaya, Agung Prasetiyo yang ditetapkan, sebagai terdakwa namun, tidak dilakukan, penahanan alias mendapat pengalihan penahanan atas perkara dugaan penggelapan kembali jalani proses hukum di Pengadilan Negeri Surabaya, pada Rabu (7/10/2022).

Dipersidangan, agenda pemeriksaan terdakwa tampak dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri Surabaya, Ahmad Muzakki, menyatakan, perbuatan terdakwa sebagaimana telah diatur dan diancam pidana dalam pasal 372 KUHP dibantah oleh, terdakwa.

Beberapa pertanyaan JPU maupun Majelis Hakim, Slamet Suripto, terdakwa tetap Keukeuh membantah.

Adapun, terdakwa ingkar atas sangkaan JPU berupa,, bahwa terdakwa dengan Erwan Susanto (calon besan) tidak pernah terjadi jual beli mobil namun hutang piutang.

Sebagaimana yang tertuang dalam dakwaan JPU serta dibunyikan oleh, Erwan Susanto sebagai saksi Pelapor di persidangan sebelumnya, pada Rabu (10/8/2022).

Bahwa, Erwan Susanto dengan terdakwa pada (7/3/2021) telah terjadi jual beli 3 unit mobil jenis Fortuner, KIA Sporty dan KIA Box.

Lebih lanjut, terdakwa tawarkan unit Fortuner seharga 350 Juta, lantaran STNK mati 5 tahun maka ditawar 300 Juta.

Sedangkan, KIA Sporty dan KIA jenis Box ditawar masing-masing seharga 75 Juta.
Sehingga, total ketiga unit mobil tersebut, senilai 450 Juta, yang diserahkan terhadap terdakwa yang disertai penandatanganan kedua pihak di atas Kwitansi.

Namun, dipersidangan agenda pemeriksaan, terdakwa tetap Keukeuh perkara ini, adalah hutang piutang

Terdakwa juga, berdalih tidak menerima uang sebesar 450 Juta atas jual beli 3 unit mobil.

” Saya tidak pernah menerima uang 450 Juta atas jual beli. Melainkan, pernah menerima uang 170 Juta, berlandaskan hutang piutang ,” ungkap terdakwa.

Terdakwa yang Keukeuh bahwa uang sebesar 170 Juta, adalah hutang justru, memantik Majelis Hakim Slamet Suripto, mengingatkan, meski terdakwa punya hak ingkar namun, Majelis Hakim memiliki keyakinan maupun nurani sendiri guna menyikapi perkara tersebut, hingga ke meja hijau.

Secara terpisah, usai sidang JPU saat ditemui, para awak media, mengatakan, bahwa dakwaannya, terpenuhi sebagai mama seperti keterangan saksi saksi dipersidangan

Masih menurut, JPU, terdakwa yang berdalih tidak ada jual beli melainkan hutang piutang dianggap terdakwa mengaitkan sebelumnya, terdakwa dan Erwan Susanto memang pernah berbisnis atau kerjasama.

”  Pihaknya, meyakini bahwa dakwaannya terpenuhi ,” ungkapnya singkat.

Usai sidang, Penasehat Hukum terdakwa, dihadapan para awak media, mengatakan, terdakwa menandatangani kuitansi kosong
dan tertera tanggal yang sama yakni, hari itu juga.

Penasehat Hukum terdakwa, menambahkan,
Terdakwa dipersidangaengatakan perkara  ini adalah hutang piutang.

” Terdakwa sudah melunasi dan sebelumnya, tiap bulan membayar bunga sebesar 15 Juta.,” pungkasnya.  MET.

Hukrim

Dalam PKPU Keterangan Ahli Yang Diajukan PT Cahaya Sumeru Sentosa Malah Untungkan Termohon

Published

on

Basudewa – Surabaya, Sidang lanjutan, perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), yang di ajukan PT Cahaya Sumeru Sentosa sebagai Pemohon memasuki agenda mendengar keterangan Ahli.

Di agenda tersebut, PT Cahaya Sumeru Sentosa, hadirkan Ahli, Dr. Soedeson Tandra asal asosiasi Kurator HKPI.

Dalam keterangan Ahli yang dihadirkan, justru malah menguntungkan Termohon yakni, PT Cahaya Fajar Kaltim.

Adapun, keterangan Ahli yang menguntungkan Termohon, diantaranya, pembayaran utang berakhir saat ada putusan pengesahan berkekuatan tetap.

Kapan itu?, Ahli katakan, Kreditur yang tidak menerima bisa melakukan upaya hukum Kasasi. Sedangkan, perdamaian jika ada upaya hukum Kasasi berarti belum berkekuatan tetap.

Disinggung terkait, adanya putusan PKPU yang belum memiliki kekuatan hukum tetap, apa bisa diajukan PKPU lagi ?, Ahli katakan, Kreditur yang tidak masuk proses tersebut, bisa ajukan PKPU.

Ahli juga membeberkan, bagaiman daya Homologasi bagi Debitur dan Kreditur yang mendaftar tagihan saja.
Putusan Homologasi apa mengikat, Ahli katakan, melihat isinya perjanjian antara Kreditur dan Debitur.

Dalam hal Homologasi, bergantung pada Debitur apakah telah menawarkan untuk pembayaran jika belum maka Kreditur bisa menuntut tagihannya.

Lebih lanjut, Kreditur yang tidak terverifikasi apakah mengikat ?. Ahli, menyebutkan, hal tersebut, harusnya syarat syaratnya di beberkan lebih jelas.

Masih menurut Ahli, Undang Undang Kepailitan, disebutkan, Kreditur yang tidak menyetujui perdamaian diberi hak terendah.

Terkait, apa yang dimaksud perjanjian yang disahkan semua Kreditur.
Ahli katakan, Kreditur berkewajiban untuk beritikad baik guna mengungkapkan, semua Krediturnya, seluruh utangnya kepada Pengurus, Hakim Pengawas dan Pengadilan.

” Yang menjadi fokus, bila Kreditur tidak tau sepanjang Debitur mengungkapkan, secara jelas terkait pembukuan tentu mengikat seluruh Kreditur yang tidak ikut atau tidak mendaftar ,” terang Ahli.

Dalam hal tagihan, bila ada 2 bantahan karena Homologasi, lalu bisakah di daftarkan atau diajukan PKPU lagi ?, Ahli menjelaskan, berdasar tagihan yang dibantah. Debitur dengan Kreditur, Hakim Pengawas telah menetapkan, jumlah sementara dalam voting, Kreditur dapat melakukan upaya Kasasi.

Terkait tertib hukum acara, Ahli menyampaikan, Kreditur ajukan tagihan ke Debitur melalui, proses verifikasi, penetapan Hakim Pengawas dan bantahan tagihan. Kemudian ada voting dan proposal damai yang mencapai kuorum.

Lalu Kreditur ajukan Kasasi bersamaan proses Kasasi Kreditur juga ikuti proses PKPU. Ahli katakan, kreditur setujui proposal.

” Homologasi disetujui kreditur jelas mengikat ,” terang Ahli.

Ahli juga menjabarkan PKPU, sebenarnya dalam Undang-Undang tidak memberikan definisi secara jelas apa PKPU namun PKPU bagian restrukturisasi hubungan Kreditur dan Debitur.

Ahli memaparkan syarat ajukan PKPU, salah satu prinsip dalam kepailitan pasal 11 , semua utang dari Debitur menjadi jaminan.
Kemudian pasal 2 Undang-Undang kepailitan, mensyaratkan pengajuan PKPU paling sedikit 2 Kreditur.

Menyinggung bila Debitur diputus PKPU dan tercapai Holomigasi, apakah Debitur bisa diajukan PKPU kedua kalinya?.

Ahli katakan, produk PKPU memvonis,
sebenarnya PKPU, adalah utang piutang yang selalu berubah ubah.

Pembentukan Undang Undang sudah batasi itu, setelah 270 hari harus diputus.
Sehingga Debitur merdeka dan ketika lepas Debitur bisa jalin kembali kerjasama.

Menanggapi perihal proses PKPU, apa dikenal nebis in idem?. Ahli menyampaikan,
sebenarnya, PKPU bukan proses berperkara, Undang Undang membatasi waktu, Homologasi kemudian perkara diangkat yang terjadi utang berubah.
Sehingga kita tidak kenal nebis.

Masih menurut Ahli, dalam PKPU bila ada PKPU baru bisa diajukan Debitur baru atau yang lain. Ahli menyampaikan, status putusan yang lalu mengikat Kreditur lama bukan Kreditur yang baru.

Sedangkan, keterangan Ahli terkait pertanyaan Sang Pengadil, disampaikan, berupa, ketika tercapai Homologasi dan PKPU berakhir serta jika ada dinyatakan pembayaran utang sekian pada tahun berikutnya, bagaimana bisa dikatakan selesai ?. Ahli menimpali saat diputuskan.

” Tentunya, vonis berlaku untuk kedua pihak, dalam itu ada tenggang pembayaran tetap berlaku ,” terang Ahli.

Sementara, Penasehat Hukum Termohon yakni, Johanis Dipa, saat ditemui, mengatakan, keterangan Ahli yang dihadirkan dari pihak Pemohon, pengajuan PKPU tidak bisa diajukan kembali karena putusan pengesahan perjanjian perdamaian tersebut, belum berkekuatan hukum tetap
lantaran, masih ada Kasasi.

Penasehat Hukum, Johanis Dipa berpendapat, berdasarkan pasal 286, perdamaian yang disahkan itu mengikat semua Kreditur (baik Kreditur terverifikasi atau tidak terverifikasi).

Lebih lanjut, Johanis Dipa, menyampaikan, PKPU ini berbeda dengan gugatan biasa.
Setelah adanya PKPU ini, ada pengumuman mengundang seluruh Kreditur supaya mendaftarkan tagihan.

Sedangkan, bagaimana bagi Kreditur yang tidak mendaftarkan tagihannya?, pada waktu proses PKPU.
Johanis Dipa menyebutkan, ya !, pasti mengikat karena normanya demikian.

” Perdamaian yang di sahkan mengikat semua Kreditur dan tidak hilang haknya ,” ungkap Johanis Dipa.

Bahkan, dalam perjanjian perdamaian kita ini, mengatur Kreditur Kreditur yang tidak mendaftarkan tagihan tetap dibayar haknya setelah adanya pembayaran Kreditur yang terdaftar tagihannya.

Saat disinggung, alasan Pemohon mengajukan PKPU lagi dalam perkara ini, Johanis Dipa, mengatakan, terkait perkara ini, Pemohon sudah pernah mendaftarkan tagihan di PKPU sebelumnya.

Sehingga, permohonan PKPU yang baru ini, dirasa konyol.
” Ini sesuatu yang tidak logis !. Dulu sudah mendaftarkan tagihan kok sekarang mendaftar PKPU lagi ? ,” jelasnya.

Johanis Dipa menganggap, Pemohon terkesan mencari cari dan menyiratkan bahwa tidak ada itikad baik dengan tujuan menghambat kerja Debitur.

Hal ini, jelas bertentangan dengan azas kelangsungan berusaha. Selain itu, Pemohon juga melanggar tertib hukum beracara juga beritikad buruk.

Sehingga, harusnya Pemohon ditolak karena utang yang dijadikan dasar mengajukan PKPU ini sudah pernah diajukan pada saat PKPU.

Diujung keterangan, Johanis Dipa, mengatakan, jika mengajukan PKPU dan telah setuju dalam voting perdamaian kemudian mengajukan, Kasasi pada saat bersamaan juga mengajukan PKPU baru dan Ahli menyebutkan, tidak logis.

” Berarti tidak logis ya !, terkait upaya Kasasi dicabut berdasarkan, pasal 286 mengikat seluruh Kreditur,” pungkasnya. MET.

 

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca

Trending